27 September 2010 -- Isu-isu pertahanan dan keamanan berkaitan dengan masalah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin sering bermunculan. Untuk menanggapi masalah-masalah tersebut serta menjaga kedaulatan NKRI maka kehandalan dan kelengkapan alat utama sistem pertahanan (alutsista) TNI sangat diperlukan.
“Sebagai negara maritim, idealnya diperlukan alutsista laut yang handal dan lengkap, tetapi belum dapat diwujudkan karena keterbatasan dana dan adanya efek berantai yang timbul akibat embargo. Dampak embargo ternyata tidak selalu merugikan. Berkat embargo muncul semangat untuk mengurangi ketergantungan pembelian alutsista luar negeri”, ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH), Erwandi saat ditemui di ruang kerjanya, Surabaya (22/09).
Lebih lanjut, Erwandi mengatakan bahwa salah satu alutsista laut yang strategis dan sarat dengan muatan teknologi tinggi, serta mempunyai efek psikologis yang tinggi terhadap lawan adalah kapal selam. “Karena itulah, sejak tahun 2007 UPT-BPPH bekerjasam dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI-AL serta dukungan dari Departemen Pertahanan mulai melakukan desain kapal selam berukuran kecil dengan panjang 22 meter dan menguji modelnya di tangki uji tarik dan di tangki kolam lebar untuk percobaan maneuver di laboratorium BPPH”.
“Tahun 2010 ini kami berencana untuk merancang sistem control ability kapal selam. Sistem ini nantinya dapat berperan dalam mengontrol gerak kapal secara horizontal, vertikal, menyelam, atau naik ke permukaan laut kembali. Selain itu, rencana ke depan kami juga akan mengembangkan penelitian tentang sumber-sumber noise dari propeller kapal selam. Jadi dengan berkurangnya noise pada kapal selam maka gerakan kapal selam akan sulit terdeteksi oleh musuh”, jelas Erwandi.
“Saya berharap, nantinya Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri. Hal itu tentunya akan menjadi kebanggan tersendiri bagi bangsa kita. Tapi memang tahapannya tidak bisa langsung membuat kapal selam yang besar, harus bertahap. Yang terpenting sekarang ini saya ingin berhasil mengembangkan sistem control ability kapal selam. Karena jika kita sudah memiliki teknologi control ability ini, maka kita dapat membuat kapal selam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan baik untuk pertahanan keamanan maupun pariwisata. Tinggal bagaimana nanti desain kapal selamnya dibuat”, tegasnya.
BPPT
Selengkapnya...
Senin, 27 September 2010
( INDONESIA) BPPH Kembangkan Sistem Control Ability Kapal Selam
TNI Siapkan Pembangunan Satu Batalion Tank
Tank Scorpion KOSTRAD. (Foto: KOSTRAD)
25 September 2010, Pontianak -- Komando Daerah Militer XII Tanjungpura mulai membangun satu batalion tank bagian Komando Strategi dan Cadangan Angkatan Darat awal tahun 2011 guna menambah kekuatan di kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
"Batalion tank itu akan kami tempatkan di Kabupaten Bengkayang, untuk memudahkan mobilisasinya kendaraan berat itu di sepanjang kawasan perbatasan Kalbar - Malaysia," kata Komandan Korem 121 Alambhana Wanawai Kolonel Inf Toto Rinanto di Pontianak, Sabtu.
Ia menjelaskan, rencana pembentukan batalion tank itu secara detil masih digodok di Mabes TNI AD.
"Pada dasarnya kami siap mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik dari gangguan luar dan dalam," kata Totok.
Menurut dia, lokasi akan dibangunnya batalion tank itu sudah dipersiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkayang.
"Saya bersama Pangdam XII Tanjungpura sudah turun langsung meninjau lokasi pembangunan batalion tersebut," ujarnya.
Sebelumnya Panglima Kodam XII Tanjungpura Mayjen TNI Moeldoko membenarkan, pembangunan batalion tank di Bengkayang akan dimulai pada 2011. Jumlah personel yang ditempatkan untuk batalion tersebut sekitar 600 orang.
"Sekarang, yang ada hanya setingkat Detasemen Kavaleri," kata dia.
Selain itu, jenis tank yang digunakan saat ini akan diganti dengan yang berkapasitas dan kemampuan tempur lebih baik. Jumlahnya pun lebih banyak.
Menurut dia, penempatan batalion tank di Bengkayang dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan poros tengah di Kalbar.
Mobilisasi ke berbagai daerah di Kalbar juga lebih mudah dan cepat karena infrastruktur relatif baik.
"Misalnya menuju Sanggau, atau daerah perbatasan lainnya, mudah dilakukan," kata Moeldoko.
Kodam XII Tanjungpura juga akan terus melakukan pembinaan teritorial terpadu dengan pemerintah daerah setempat di wilayah perbatasan. Diantaranya mengenai aspek kesadaran bela negara, kewarganegaraan yang sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Ia melanjutkan, penanganan di perbatasan perlu dilakukan secara menyeluruh. "Tidak hanya membangun sistem pertahanan dan keamanan," katanya.
Kodam XII Tanjungpura bermarkas di Pontianak dengan cakupan dua provinsi yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
ANTARA News
Selengkapnya...
Pindad Raih Pesanan Senjata Rp1,3 Triliun
(Foto: KOMPAS)
26 September 2010, Jakarta -- Produsen senjata dan amunisi PT Pindad (Persero) meraih kontrak pemesanan senjata mininal Rp1,3 triliun tahun 2010, meningkat dibanding tahun 2009 sebesar Rp900 miliar.
"Hingga September kontrak yang kami raih sudah mencapai Rp1,3 triliun. Hingga akhir tahun ini masih ada kontrak yang akan kami peroleh," ujar Direktur Utama Pindad, Adik Soedarsono, di sela Indonesia Business-BUMN Expo and Conference (IBBEX), di Jakarta, Minggu.
Menurut Adik, sesuai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan [RKAP] nilai kontrak hanya Rp1,1 triliun, namun mampu menambah kontrak Rp 200 miliar.
Meski begitu, Adik tidak menyebut kontrak mana saja yang akan digaet oleh Pindad.Dari total kontrak tersebut, Pindad juga mendapatkan kontrak pembuatan bahan peledak.
"Pelanggan kami [Pindad] berasal dari perusahaan pertambangan yang biasanya digunakan di Sumatera dan Kalimantan," katanya.
Kontrak paling besar diperoleh oleh Pindad berasal dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan yakni sebesar Rp900 miliar untuk membuat amunisi dan senjata.
Total peluru yang dipesan oleh Kemenhan pada tahun ini sebesar 80 juta ton.
"Pesanan dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan terus meningkat. Tahun 2009 hanya memesan senjata dan peluru sebesar Rp 650 miliar," ujarnya.
Ia menambahkan, selain kontrak dalam negeri, Pindad juga memperoleh kontrak luar negeri.
"Pindad sedang menyelesaikan kontrak ekspor dengan Amerika Serikat. Kontrak ekspor itu, diperoleh pada November 2009 berupa 20 juta ton peluru," katanya.
Pada 2010 Pindad menargetkan pendapat Rp1,2 triliun.
"Optimis target tersebut tercapai. Karena hingga semester pertama, jumlah pendapatan yang diperoleh Pindad mampu menembus angka Rp600 miliar," katanya.
Pada tahun ini, Pindad mengalokasikan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk belanja modal (capex), yang digunakan untuk membeli tujuh unit mesin-mesin baru teknologi Jerman dan Prancis, dengan kapasitas yang lebih besar.
ANTARA News
Selengkapnya...
Sabtu, 25 September 2010
Indonesia Inginkan tambah 6 Sukhoi Lagi
pesawat Sukhoi Su-30 milik TNI-AU (photo : Kaskus Militer)
JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia menegaskan berencana menambah enam pesawat jet tempur Sukhoi untuk menggenapkan 10 unit yang ada menjadi satu skuadron.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Jakarta, Jumat (17/9/2010), mengatakan, rencana penambahan enam Sukhoi itu telah mendapat persetujuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Imam Sufaat mengatakan, keberadaan 10 pesawat Sukhoi yang bermarkas di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, belum memadai untuk memberikan daya tangkal.
"Dibandingkan dengan wilayah udara nasional yang begitu luas, 10 unit Sukhoi yang ada belum memadai," tutur Imam.
Ia mengatakan, bandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang luas wilayah udaranya lebih kecil. Malaysia memilki 18 Sukhoi dan Singapura memiliki 24 pesawat F15.
Jadi, tambah Imam, dalam jangka panjang, TNI Angkatan Udara sudah menetapkan menambah enam unit pesawat jet tempur Sukhoi.
Sejak tahun 2003, Indonesia telah memiliki 10 pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada tahun 2003, Indonesia membeli empat Sukhoi jenis Su-30MK dan Su-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada tahun 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan menjual enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai 300 juta dollar AS atau Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis Su-27SKM. Tiga jenis Sukhoi Su-30MK2 tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Tiga unit Sukhoi Su-27SKM masing-masing tiba pada Jumat (10/9/2010) dan Kamis (16/9/2010). Dengan penambahan yang ada dan akan diadakan pada jangka panjang, TNI Angkatan Udara telah mengirimkan calon penerbang dan teknisi Sukhoi ke Rusia dan China sebagai salah satu operator Sukhoi.
Selengkapnya...